Senin, 23 Oktober 2017

Korelasi antara Jenggot dan Kebodohan

Maulana Syekh Dr. dr. Yusri Rusydi Jabr Al-Hasani Al-Azhari hafidhahullah (Ulama Ahli Hadis Al-Azhar Asy-Syarif) pernah berkata :

"Semakin panjang jenggot seseorang maka semakin terlihat kebodohannya. Perkataan ini saya dengar dari para Guru saya dan Ulama terdahulu."

Dalam kitab Akhbar Al-hamqa wal Mughaffilin Libnil Jauzy disebutkan:

ﻗﺎﻝ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺑﻦ ﻣﺮﻭﺍﻥ : ﻣﻦ ﻃﺎﻟﺖ ﻟﺤﻴﺘﻪ ﻓﻬﻮ ﻛﻮﺳﺞٌ ﻓﻲ ﻋﻘﻠﻪ . ﻭﻗﺎﻝ ﻏﻴﺮﻩ : ﻣﻦ ﻗﺼﺮﺕ ﻗﺎﻣﺘﻪ، ﻭﺻﻐﺮﺕ ﻫﺎﻣﺘﻪ، ﻭﻃﺎﻟﺖ ﻟﺤﻴﺘﻪ، ﻓﺤﻘﻴﻘﺎً ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻌﺰﻭﻩ ﻓﻲ ﻋﻘﻠﻪ . ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻔﺮﺍﺳﺔ : ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻃﻮﻳﻞ ﺍﻟﻘﺎﻣﺔ ﻭﺍﻟﻠﺤﻴﺔ ﻓﺎﺣﻜﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﺤﻤﻖ،
...... ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ ......
ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺤﻜﻤﺎﺀ : ﻣﻮﺿﻊ ﺍﻟﻌﻘﻞ ﺍﻟﺪﻣﺎﻍ، ﻭﻃﺮﻳﻖ ﺍﻟﺮﻭﺡ ﺍﻷﻧﻒ، ﻭﻣﻮﺿﻊ ﺍﻟﺮﻋﻮﻧﺔ ﻃﻮﻳﻞ ﺍﻟﻠﺤﻴﺔ . ﻭﻋﻦ ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﻣﻨﺼﻮﺭ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ : ﻗﻠﺖ ﻻﺑﻦ ﺇﺩﺭﻳﺲ : ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺳﻼﻡ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺣﻔﺼﺔ؟ ﻗﺎﻝ : ﻧﻌﻢ، ﺭﺃﻳﺘﻪ ﻃﻮﻳﻞ ﺍﻟﻠﺤﻴﺔ ﻭﻛﺎﻥ ﺃﺣﻤﻖ .
...... ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ ......
. ﻗﺎﻝ ﺯﻳﺎﺩ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻴﻪ : ﻣﺎ ﺯﺍﺩﺕ ﻟﺤﻴﺔ ﺭﺟﻞ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﻀﺘﻪ، ﺇﻻ ﻛﺎﻥ ﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﻓﻴﻬﺎ ﻧﻘﺼﺎً ﻣﻦ ﻋﻘﻠﻪ .

Abdul Malik bin marwan berkata: Barang Siapa panjang jenggotnya maka ia sedikit akalnya, Ulama lain berkata: Barang siapa yang pendek perawakannya, kecil kepalanya dan panjang jenggotnya Maka jelas bagi muslimin untuk menisbatkan pada akalnya. Ashabul firosah berkata: ketika seseorang tinggi perawakan dan panjang jenggotnya maka bisa dipastikan ia orang yang bodoh.
Sebagian Ahli Hikmah mengatakan: Tempatnya akal itu pada otak, jalan jiwa itu melalui hidung dan tempat kebodohan itu pada panjangnya jenggot. Dan dari sa'd bin Manshur mengatakan: aku berkata kepada ibn idris: Apakah kamu tahu sulam bin abi hafshah? dia menjawab: iya, aku melihat panjang jenggotnya dan dia bodoh.
Ziad berkata: Tidaklah tambah lelaki yang jenggotnya melebihi genggammannya, kecuali hanya tambah kurang akalnya(kecerdasannya..)

Dan Ulama Al-Azhar tidak memanjangkan jenggotnya melebihi genggaman tangan biar tidak sama dengan wahabi atau salafi dan biar tidak menunjukkan kebodohan.

Jadi yang di katakan Ketua Umum PBNU "Prof. DR. KH. Said Aqil Siraj" tentang panjangnya jenggot, itu sudah di katakan oleh para Ulama-ulama terdahulu.

Jadi jangan salah paham memahami perkataan seorang Ulama.

++++++++++++

Ini sebenarnya, dalam turats, disebut Ilmu Firasah. Banyak ulama sudah menuliskannya, diantaranya Imam Razi dalam Kitabul Firasah. Kalau bahasa ilmiah sekarang sih, disebut Fisiologi.

Fisiologi pernah berkembang pesat di Barat. Tapi kemudian tak berkembang.

Tapi Fisiologi itu hanya semacam "ilmu titen" kalau dalam bahasa Jawa. Tidak memberikan keyakinan tuntas, tapi biasanya terjadi.

Misalnya, kalau telinganya lebar, maka dia pemberani, kalau rambutnya keriting syahwatnya tinggi, kalau mulutnya tipis cerewet, kalau garis telapak tangannya gak sambung bersambung berarti boros orangnya.

Jadi, ini hanya Fisiologi. Meski tidak selalu terjadi.

0 komentar:

Posting Komentar

Buku "Who Am I? How I Am"

Judul Buku      : Who Am I? How I Am Penulis            : Mochammad Fuad Nadjib ISBN                 : (masih dalam proses) Sinopsis        ...